this my experience

Kegiatan Ramadhan Bersama Kukerta Unri 1433 H Slideshow: Abd’s trip to Pekanbaru was created with TripAdvisor TripWow!
selamat datang di hadie-experience

mengapa guru harus berpartisipasi dalam administrasi pendidikan???

Sejalan dengan berkembangnya paradigma desentralisasi dalam wacana dan proses transisi menuju otonomi pendidikan dewasa ini, bagian penting dalam proses administrasi pendidikan adalah menyangkut persoalan partisipasi guru dalam proses administrasi sekolah. Perubahan paradigma sentralisasi pendidikan menuju desentralisasi pendidikan membawa konsekuensi logis perlunya perubahan prilaku guru yang berorientasi partisipatif dalam proses administrasi sekolah. Kebiasaan-kebiasaan kebijakan pendidikan yang sentralistik, prilaku-prilaku guru yang birokratik dan tergantung pada atasan dalam sistem sentralisasi pendidikan dan kebijakan pendidikan akan menjadi paradoks. Karena itu, perubahan prilaku-prilaku guru yang partisipatif akan menjadi proses administrasi sekolah yang merupakan kondisi awal atau prakondisi yang memungkinkan dengan tumbuh dan berkembangnya implementasi otonomi pendidikan/sekolah dimasa yang akan datang. Artinya, agar institusi pendidikan dapat bertahan dan mendapatkan apresiasi tinggi, institusi pendidikan juga harus berubah menyesuaikan dan memperbaiki diri[1].
Tokoh-tokoh pendidikan sekarang menekankan kepada gagasan tentang demokrasi pendidikan dalam hidup sekolah, guru-guru hendaknya didorong untuk ikut serta dalam pemecahan-pemecahan masalah administrative yang langsung mempengaruhi status professional guru. Kegiatan partisipasi guru dalam administrasi pendidikan/sekolah itu antara lain seperti sumbangan-sumbangan guru terhadap perbaikan kesejahteraan guru dan murid, penyempurnaan kurikulum, pilihan buku-buku, alat-alat pembelajaran, dan sebagainya[2].
Memahami hakikat perubahan dalam dunia pendidikan yang terjadi secara dinamis, senantiasa berubah, non-liniear, tidak dapat diprediksi, tidak berarti menjerumuskan guru dalam suasana tidak pasti dan kekacauan sistem. Untuk memulai sebuah usaha perubahan guru mesti memahami bahwa ada banyak faktor yang saling jalin-menjalin mempengaruhi cara mereka berfikir, bertindak, menilai, dan mengambil keputusan. Menjadi pelaku perubahan dalam sebuah paradigma perubahan yang senantiasa dinamis membuat guru dapat mengembangkan ruang-ruang partisipasi dan inisiatif yang pada gilirannya akan mempengaruhi perubahan dalam sistem secara keseluruhan[3].
Motivasi dan keterlibatan aktif dari guru merupakan salah satu motor penggerak terjadinya perubahan. Menurut Sarason, ada beberapa alas an mengapa proses perubahan dalam diri guru mesti menyertakan perubahan persepsi atas peran yang mereka ambil dalam proses perubahan itu. Pertama, keterlibatan aktif dari guru memungkinkan mereka dalam memikul tanggungjawab bagi diri mereka sendiri, daripada jika perubahan itu dipaksakan oleh pihak lain. Kedua, gagasan perubahan yang menyentuh perubahan persepsi guru membuat kita mengerti persoalan mendasar yang muncul, entah itu yang berkaitan dengan perubahan prilaku maupun tujuan pembaruan sehingga merekapun berusaha mengatasi persoalan ini. Ketiga, keterlibatan dari partisipasi aktif guru dalam perubahan meningkatkan ketajaman kita dalam memahami persoalan dan memecahkannya dibandingkan jika guru tidak memiliki keterlibatan sehingga inisiator perubahan hanya memcahkan persoalan satu arah saja[4].
Guru yang progresif dan inovatif bersikap tanggap terhadap gagasan pembaharuan pendidikan dan pengajaran di sekolah, ia menempatkan diri sebagai agen perubahan yang tangguh dan melibatkannya dalam setiap usaha pemerintah untuk meningkatkan mutu pendidikan dan pengajaran[5].
Dapat dipahami bahwa administrasi pendidikan itu bukan sekedar berkaitan dengan tugas pendidikan (guru) dalam menyampaikan materi di depan kelas saja, tetapi mempersoalkan efektivitas keberlangsungan kegiatan belajar dan mengajar[6], walaupun kita pada umumnya maklum bahwa tugas dan kewajiban guru yang utama adalah mendidik (mengajar). Tetapi agar tugas guru tersebut mampu mencapai tujuannya, yakni tujuan pendidikan, guru harus melibatkan diri dalam masalah administrasi pendidikan[7], apalagi jika membicarakan masalah pendidikan yang berdomisili di daerah pedesaan yang hampit tidak memiliki tenaga administrasi. Maka gurulah yang paling besar memainkan peran tersebut.


[1]M.Taufiq Amir. Inovasi Pendidikan Melalui PBL. Jakarta: Prenada Media Group. 2010. Hlm.3
[2]Drs.M.Ngalim Purwanto, MP. Administrasi dan Supervisi Pendidikan. Bandung: PT.Remaja Rosdakarya. 2008. Hlm. 144
[3]Doni Koesoema A. Pendidik Karakter. Jakarta: Grasindo. 2009. Hlm. 108
[4]Ibid., hlm. 79
[5]Drs.H.Cece Wijaya. Pendidikan Remedial. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. 1995. Hlm. 17
[6]Drs.Herabuddin, M.Pd. Administrasi dan Supervisi Pendidikan. Bandung: Pustaka Setia. 2009. Hlm. 27
[7]Drs.B.Subroto. Manajemen Pendidikan di Sekolah. Jakarta: Rhineka Cipta. 2004. Hlm. 170